Langkah Kecil, Dampak Besar: Kisah Pahlawan Jalanan dari Cikunir

Langkah Kecil, Dampak Besar: Kisah Pahlawan Jalanan dari Cikunir

Kota Bekasi, WartaKarya - Di tengah riuhnya lalu lintas Jalan Cikunir, Bekasi Selatan, ada satu sosok yang tak pernah lelah menaklukkan tumpukan sampah dan rumput liar di sepanjang trotoar. Bukan petugas kebersihan dari dinas kota, bukan pula bagian dari tim relawan berjaket seragam. Dia adalah Dahlan, pria sederhana yang setiap hari hadir membawa sapu dan karung, bersama sang anak, menyusuri sisi jalan demi satu hal: kebersihan.

Aksinya bukan baru kemarin. Sudah berbulan-bulan Pak Dahlan setia menyapu dan mengangkut sampah di kawasan yang tak jauh dari rumahnya. Dengan peralatan seadanya, sepeda tua, dan topi lusuh penahan terik, ia berjalan dari ujung ke ujung, menyapu, memungut, dan memotong rumput liar.

"Bukan karena diperintah, bukan karena dibayar. Saya hanya tidak tahan melihat jalanan kotor," katanya suatu ketika, sembari tersenyum. Ucapan itu tampak sejalan dengan gerak tubuhnya yang cekatan dan tenang—cerminan ketulusan.

Dikenal di Media Sosial

Lama-lama, aksi Pak Dahlan tak lagi hanya dilihat warga sekitar. Beberapa pengguna media sosial mengunggah fotonya, memberi pujian dan menuliskan kisah inspiratif tentang “Pahlawan Jalanan dari Cikunir”. Postingan demi postingan menyebar, dan nama Pak Dahlan mulai dikenal luas. Banyak yang terenyuh, banyak pula yang tergerak mencontoh.

Salah satu warganet menulis, “Pak Dahlan adalah contoh nyata bahwa kepedulian bisa dimulai dari hal kecil. Tanpa seragam, tanpa sorotan, tapi berdampak besar.”

Apresiasi dari Wakil Wali Kota

Hari itu, Minggu pagi yang cerah, Pak Dahlan kembali menjalankan rutinitasnya. Tak disangka, seorang tamu tak terduga datang menghampiri: Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe.

Baru saja usai menghadiri undangan pernikahan warga di daerah Cikunir, Wawali melihat sepeda tua milik Pak Dahlan terparkir di pinggir jalan. “Itu sepedanya ada, pasti ada Pak Dahlan di sini. Berhenti sebentar, saya mau temui beliau,” ujar Harris melalui handy talky-nya kepada staf.

Wawali turun dari kendaraan dinas dan langsung menyapa Pak Dahlan. Tanpa basa-basi, ia menyalami pria bersahaja itu dengan hangat.

“Akhirnya bertemu dengan Bapak, pahlawan penjaga kebersihan lingkungan kita,” ucapnya penuh hormat.

Pak Dahlan, yang tampak sedikit kaget, hanya menjawab dengan rendah hati, “Bapak mohon maaf, saya tidak izin melakukan aksi bersih-bersih di jalanan ini.”

Pernyataan itu dibalas tawa kecil dan kata-kata tulus dari sang Wawali, “Saya atas nama pemerintah mengucapkan terima kasih. Tindakan bapak membantu kita. Pahlawan nyata di masyarakat.”

Senyum merekah di wajah Pak Dahlan, “Pak Wakil, mungkin yang seperti saya banyak di tempat lain. Saya lakukan ini dengan hati ikhlas dan senang melihat lingkungan bersih. Alhamdulillah jika tindakan saya menjadi inspirasi untuk orang-orang.”

Tak hanya menyapa, Wakil Wali Kota Bekasi juga secara simbolis memberikan apresiasi kepada Pak Dahlan. Sebuah bentuk penghormatan atas dedikasinya menjaga kebersihan tanpa pamrih.

Pahlawan Zaman Kini

Di tengah euforia menyambut Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, sosok seperti Pak Dahlan menjadi pengingat bahwa semangat patriotisme tak selalu berbentuk senjata atau jabatan. Kadang, ia hadir dalam wujud sederhana: sapu lidi, karung plastik, dan niat tulus.

“Menjelang peringatan kemerdekaan ini, saya menyaksikan pahlawan era sekarang. Mereka yang menjaga lingkungan tanpa diminta, seperti Pak Dahlan. Ini pelajaran untuk kita semua,” ujar Wawali Harris.

Pak Dahlan mungkin tak punya pangkat atau gelar. Tapi bagi warga Cikunir, ia adalah penjaga jalan yang tak pernah mengeluh, pahlawan kecil di tengah kebisingan kota, dan bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari satu orang—yang peduli. **(Jim)